Mengasah Sifat Solutif
Akan lebih baik apabila masing-masing personel mempunyai pribadi yang solutif. Dalam artian, perjalanan membangun grup band tidaklah mudah, perlu belajar, melalui jalan setapak demi setapak, menghadapi dan mengatasi setiap halangan dan rintangan di sepanjang perjalanan. Di sinilah sifat solutif dari masing-masing personel digunakan dan terus diasah. Bagaimana caranya bisa mempunyai karya, bagaimana bisa menciptakan aransemen music yang monumental, bagaimana bisa menang disebuah festifal music, bagaimana bisa mempunyai album yang siap dikomersilkan, bagaimana bisa masuk major label ternama seperti Sony BMG, Musika Studio dan major besar lainnya.
Dalam tahap ini, energy yang dimiliki tidak terbuang sia-sia karena habis untuk berdebat, terlalu mengritik personil lain walau terkadang mengkritik juga dianjurkan, mudah ’gondok” atau ngambek yang merupakan salah satu dampak egois, yang akhirnya menyedot energy. Padahal energy sangat dibutuhkan ketika harus latihan, memikirkan aransemen apa yang harus diciptakan, mengumpulkan dana untuk latihan, mencari studi record yang tepat dll. Jadi energy sangat penting untuk dihemat, bukan untuk dibuang sia-sia, karena tanpa energy tidak akan bisa berbuat apa-apa. Tanpa energy tidak akan bisa membangun sifat solutif. Maka dari itu, kalahkah sifat egois dan kembangkan sifat solutif.
Buat kesepakatan Prioritas
Penting bagi tiap personel punya kesamaan fikiran satu dan lainnya. Meski begitu, tidak dianjurkan untuk mencuci otak, doktrin dan dokma, melainkan kemampuan dan kemauan diantara personil untuk saling memahami pemikiran yang satu dengan yang lainnya. Sehingga disinilah tercipta suasana saling menghargai, menghormati, toleransi dan kekeluargaan. Suasana yang tercipta tersebut dapat menambah poin bagi grup band untuk terus maju dan berkembang.
Namun terkadang kesamaan fikiran sulit untuk ditemukan, meskipun sifat egois dari tiap personil sudah tidak mendominasi, tapi sifat ketidak teraturan akan muncul ketika kesamaan fikiran tidak segera menemukan titik temu. Maka dari itu, perlu suatu rambu-rambu yang perlu dibuat dengan persetujuan dari seluruh personel. Suatu contoh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk latihan bersama selama satu minggu, jam berapa latihan dilaksanakan, hari, tempat latihan dan skala prioritas. Skala prioritas suatu contoh, dahulukan latihan dari pada kencan dengan pacar, dahulukan acara keluarga seperti nikahan dari pada latihan, namun dengan konsekuensi mengganti latihan dll. Rambu-rambu yang dibuat dapat sisesuaikan menurut karakter grup band masing-masing.
Rambu-rambu ini perlu dibuat karena sedikit demi sedikit melatih disiplin dalam berkarir, karena tanpa disiplin terlampau sulit suatu tujuan dan harapan akan dapat terwujud. Selain itu, menghindari sifat subyektif (dipengaruhi emosional yang cenderung tidak stabil), sehingga tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan sedikit demi sedikit mampu didekati.
Band Tidak Sekedar Komersil, Tapi Band Adalah Bagian dari Hidup dan Sebagai Keluarga
Inilah yang paling krusial dalam grup band. Tidak cukup motivasi menjadi orang terkenal, orang kaya, orang popular, banyak kenalan, dan banyak pacar, melainkan yang membuat band bertahan lama bahkan sampai akhir hayat adalah karena menganggap seluruh personil dalam grup band itu adalah keluarga. Dengan ikatan itu, maka tiap personil merasakan ikatan yang kuat satu sama lain, sehingga ketika mengalami banyak gejolak kesulitan, grup band itu senantiasa exis dengan personil yang lengkap dari awal terbentuk sampai akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar